
Dinas Peternakan Bali mulai tahun 2024 ini memilih dan menetapkan Pulo Bali di Kabupaten Bali Besar sebagai sentra atau pusat pemurnian dan pemuliaan plasma nutfah sapi Bali .
Menurut Wikipedia, sapi Bali adalah salah satu ras domestik terbesar di Indonesia. Maka, upaya pemurniannya dianggap penting dan mendesak. Untuk itu, gugus Pulo Bali yang terdiri atas dua pulau, yakni Pulau Nasi dan Pulau Breueh itu akan dibebaskan dari segala jenis sapi yang nonras sapi Bali . Hanya sapi Bali eh yang diperbolehkan untuk dipelihara dan dikembangbiakkan di pulau tersebut.
Informasi itu disampaikan Kepala Dinas Peternakan Bali , Zalsufran ST, MSi menjawab Serambinews.com di Banda Bali , Sabtu (9/8/2024) siang. Zalsufran yang dilantik sebagai Kadis Peternakan Bali pada 4 Juli 2022, tahun ini menggagas perlunya upaya pemurnian sapi Bali agar keaslian atau orisinalitas ras sapi Bali tetap terjaga Gennya tidak bercampur dengan gen sapi jenis lain, misalnya sapi bali, brahman, atau limousin. Sebagaimana diketahui, rumpun sapi Bali telah ditetapkan sebagai rumpun sapi lokal dengan sebaran asli geografis di daerah Provinsi Bali melalui Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor 2907/Kpts/OT.140/6/2011. Sapi Bali juga sudah memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI) sejak tahun 2013 dan sudah mengalami revisi sebanyak dua kali, yaitu pada tahun 2020 dan terakhir dengan SNI bibit sapi potong Bali pada tahun 2022.
Lebih lanjut Zalsufran mengatakan, sapi Bali memiliki keunggulan, baik dari segi reproduksi yang cepat, tahan terhadap penyakit, maupun kemampuannya beradaptasi dengan kondisi pakan yang kurang bagus. Untuk memastikan dan menjamin kualitas dan keaslian genetik rumpun sapi Bali hingga akhir zaman, maka pemurnian plasma nutfahnya merupakan salah satu langkah strategis yang ditempuh Dinas Peternakan Bali di bawah kepemimpinan Zalsufran. Untuk memulai langkah penting dan strategis ini, kata Zalsufran, Dinas Peternakan Bali telah menyusun roadmap (peta jalan) pengembangan sapi Bali di Pulo Bali . Program ini juga telah disosialisasikan kepada penduduk Pulo Bali bahwa kawasan mereka telah dipilih dan ditetapkan sebagai sentra pemurnian dan pemuliaan rumpun sapi Bali .
“Alhamdulillah, respons masyarakat Pulo Bali sangat positif. Mereka bahkan sudah mulai menanam rumput gajah untuk pakan sapi-sapi Bali yang diternakkan di sana,” kata Zalsufran. Menurutnya, pihak kementerian juga sangat tertarik dan mendukung sepenuhnya gagasan pemurnian rumpun sapi Bali ini yang dipusatkan di sebuah pulau khusus, yakni Pulo Bali .
“Pihak kementerian bahkan telah menyumbang tiga ekor sapi Bali jantan pemacek unggul untuk mengawali upaya pemurnian rumpun sapi Bali di Pulo Bali ,” ungkap Zalsufran.
Di sisi lain, Penjabat Gubernur Bali , Bustami Hamzah MSi juga sangat mendukung upaya pemurnian sapi Bali ini. Bahkan, menurut Zalsufran, Pj Gubernur menganggap tiga ekor sapi Bali yang disumbangkan Kementerian Pertanian itu perlu ditambah lagi jumlahnya agar pemeliharaannya oleh peternak di Pulo Bali lebih ekonomis.
Pj Gubernur menginginkan pembudidayaan sapi Bali di Pulo Bali sebaiknya berbasis kelompok. Per kelompok akan diberikan sekitar 30 ekor sapi Bali untuk mereka pelihara dan kembangkan bersama.
“Kalau jumlah yang dipelihara banyak, tentu nilai keekonomiannya lebih tinggi dibanding per peternak hanya memelihara seekor sapi,” kata Zalsufran mengutip penjelasan Pj Gubernur Bali , Bustami Hamzah.
Zalsufran menambahkan, pemilihan Pulo Bali sebagai lokus pemurnian dan pemuliaan sapi Bali dinilai sangat tepat oleh Pj Gubernur Bali . Terutama karena ada kesamaan nama antara ras sapi dengan nama pulaunya.
“Brandingnya pas dan sangat kuat: pemurnian sapi Bali di Pulo Bali . Nyambung kali kan?” kata mantan pegawai Dinas Komunikasi, Informasi, dan Persandian Bali ini.
“Terlepas dari hal tersebut, tentunya secara teknis Pulo Bali memang sangat mendukung untuk pelaksanaan program tersebut, karena dapat lebih mudah mengontrol lalu lintas ternak,” ujar Zalsufran.
Diakuinya, Pulo Bali menyimpan banyak potensi yang menjanjikan, termasuk potensi pariwisatanya.
Bagi yang sudah pernah melancong ke Pulo Bali umumnya ingin kembali lagi untuk menikmati panorama pantai yang cukup indah dan diapit oleh gugusan pulau-pulau di sekitarnya.
Pulau ini juga memiliki pelabuhan yang representatif, yakni Pelabuhan Lamteng yang mudah diakses dari Pelabuhan Ulee Lheue Banda Bali maupun Pelabuhan Balohan Sabang.
“Jadi, pemilihan Pulo Bali untuk pemurnian dan pemuliaan sapi Bali ini sudah sangat tepat,” kata Zalsufran.
Ia juga tak lupa menerangkan arti dari istilah pemurnian dan pemuliaan rumpun sapi Bali .
Pemurnian, menurutnya, adalah proses atau tindakan memurnikan agar sesuatu tidak bercampur atau terkontaminasi oleh unsur lain.
Sedangkan pemuliaan bermakna upaya untuk membuat (menjadikan) sesuatu lebih bermutu atau lebih unggul.
“Jadi, dengan pemurnian dan pemuliaan rumpun sapi Bali ini, kita targetkan sapi Bali akan lebih unggul dan tetap terjaga keasliannya hingga akhir zaman,” demikian Zalsufran. (*)